Pemerintah Indonesia meminta agar negara Arab Saudi kerajaan yang dipimpin Salman bin
Abdulaziz Al Saud menghormati hubungan diplomatik kedua negara. Sebab bukan
tidak mungkin sikap Arab Saudi dapat merusak hubungan diplomatik
dengan Indonesia di kemudian hari.
"Indonesia tetap menghormati hukum di sana, tapi Arab Saudi juga harus bisa lebih menghormati
hubungan kedua negara," kata Juru Bicara Kemenlu Indonesia, Arrmanatha
Nasir (Tata) di kantornya, Jakarta, Kamis (16/4/2015).
Pernyataan Tata ini merespon sikap Arab Saudi yang telah dua kali berturut-turut
tidak memberikan notifikasi atau pemberitahuan mengenai waktu dan tempat
pelaksanaan hukuman mati dua warga negara Indonesia, Siti Zaenab binti Dhurin
Rupa dan Karni binti Medi Tarsim.
Menurut Tata, begitu Arrmanatha biasa disapa, sikap Arab Saudi yang
tertutup mengenai pelaksanaan hukuman mati, tidaklah lazim sebagaimana yang
biasa dilakukan di dunia Internasional. Padahal, Indonesia sudah melakukan
berbagai cara dengan tetap menghormati hukum berlaku di negara tersebut.
"Ke depan kami akan mencari jalan, paling tidak Arab Saudi bisa melakukan (penegakan hukum) yang senada dengan negara lain," kata Tata.
"Ke depan kami akan mencari jalan, paling tidak Arab Saudi bisa melakukan (penegakan hukum) yang senada dengan negara lain," kata Tata.
Migrant Care Minta
Pemerintah Usir Dubes Arab Saudi
Migrant
Care menggelar aksi unjuk
rasa menentang hukuman mati yang diberikan Pemerintah Arab Saudi kepada Pembantu Rumah Tangga (PRT)
Indonesia asal Brebes, Karni binti Medi Tarsim.
Aksi yang bertempat di depan Kedutaan Besar Arab Saudi itu sebagai bentuk protes terhadap
negara Saudi yang juga telah menghukum mati TKI Indonesia, Siti Zaenab, dua
hari lalu.
"Pemerintah Saudi Arabia benar-benar bertindak
brutal karena secara beruntun mengeksekusi mati buruh migran Indonesia dengan
tidak mengindahkan tata krama diplomasi antarbangsa," ujar Direktur
Eksekutif Migrant
Care, Anis Hidayah, saat berorasi di Kedubes Arab Saudi,
Kuningan, Jakarta, Jumat (17/4/2015).
Anis menegaskan mengutuk aksi bejat Pemerintah Saudi itu
yang menghukum mati tanpa pemberitahuan ke Indonesia.
Anis sendiri mengungkapkan bahwa perlakuan yang diterima
Karni semasa bekerja di sana sangat tidak manusiawi. Bekerja 18 jam sehari,
tanpa hari libur, dan terbatas akses komunikasi.
"Perlakuan majikan tidak manusiawi menjadi faktor
utama yang melatari pembunuhan seperti dalam kasus Darsem, Ruyati, dan Siti
Zaenab," beber Anis.
Dalam aksi tersebut, Migrant
Care, menyerukan kalimat-kalimat bernada tidak simpatik ke Pemerintah
Saudi. Anis Dkk juga menyerukan agar mengusir Kedubes Arab Saudi dari Indonesia.
"Usir, usir Kedubes (Saudi). Usir Kedubes (Saudi)
sekarang juga," teriak massa bersamaan.
Sekedar informasi, Karni dijatuhi vonis hukuman mati
sejak 2013. Karni didakwa membunuh putri majikannya yang baru berusia empat
tahun pada Oktober 2012 di kota Yanbi, Arab Saudi.(Tribunnews)
No comments:
Post a Comment