
Hal
tersebut dikatakan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen
Pol. Drs Sujardi Alius, MH, saat menjadi narasumber di acara pertemuan rutin Himpunan
Daiyah Majelis Taklim Muslimat (Hikmat) NU dan Ikatan Haji Muslimat (IHM) NU
wilayah Jawa Timur di Pondok Pesantren Al-Hikmah, Purwoasri, Kabupaten Kediri,
Minggu (2/4/2017).
”Kalau
di luar rumah ada guru dan sebagainya, tapi seorang ibu adalah sosok yang
paling sering bertemu anaknya di rumah sejak anak itu lahir. Jadi peran ibu
sangat penting dalam mendidik anak-anaknya. Saya berharap banyak dari ibu-ibu
semua agar dapat menjaga dan mengawasi perilaku anak-anaknya,” ujar Komjen
Suhardi Alius.
Di
hadapan sekitar sekitar 250 Muslimat NU tersebut mantan Kabareskrim Polri ini
mengatakan bahwa di era globalisasi ini tekhnologi dan dunia maya sudah sangat
berbahaya sekali bagi kaum generasi muda yang tidak dapat memilah mana
informasi yang baik dan tidak baik
“Gara-gara
ini (sambil memegang smartphone miliknya) yang menjadi masalah saat ini, semua orang
bisa menjadi radikal .Dunia dalam genggaman
Memang ini banyak manfaatnya dari gadged ini, tetapi juga banyak aspek
negatifnya,” ujar mantan Kabaresrim Polri ini
Menurutnya,
jika jaman dahulu para pelaku teror dalam melakukan perekrutan atau bai’at
harus datang dan bertemu langsung kepada para tokoh teroris, namun hal tersebut
sudah tidak lagi dilakukan dan beralih dengan memanfaatkan kecanggihan
tekhnologi.
“Sekarang
tidak perlu datang langsung, cukup di bai’at melalui online lewat internet.
Contohnya si Ivan dalamkasus penusukan pastur di Medan tahun lalu. Itu dia
bai’at lewat online,” ujar Ka BNPT sambil disambut kalimat Astagfirullah Hal Azim
oleh kaum Muslimat yang menyaksikan paparan Ka BNPT dengan seksama.
Dalam
kesempatan tersebut mantan Kapolda Jawa Barat ini juga menceritakan bagaimana
anak-anak usia dibawah 12 tahun yang dibawa orang tuanya untuk hijrah ke Suriah
bergabung dengan kelompok radikal terorisme Islamic State of Iraq and Suriah
(ISIS).
“Mereka
semua sudah di doktrin oleh orang tuanya. Dikatakan kepada anak-anaknya bahwa
negara ini kafir dan diajarkan untuk memusuhi orang-orang yang tidak sepaham
dengan ideologinya,” kata mantan kadiv Humas Polri ini sambil memutarkan film
anak-anak kecil dari Indonesia yang telah bergabung ISIS.
Untuk
itu menurut mantan Wakapolda Metro Jaya ini, perlunya pengawasan dari orang tua
terhadap putra putrinya dalam memanfaatkan kecanggihan teknologi agar terhindar
dari faham Radikalisme Terorisme. “Karena kalau sudah terkena paham itu,
ditambah narkoba dan pornografi anak-anak itu tidak ada masa depannya,” kata
pria kelahiran Jakarta, 10 Mei 1962 ini menakhiri.
Usai
menjadi narasumber di Pondok Pesantren Al Hikmah, sore harinya Kepala BNPT juga
berkesempatan untuk menghadiri dan memberikan sambutan pada acara Peringatan
Hari Lahir ke 71 Pengurus Wilayah Mulimat N Jawa Timur serta Pengurus Cabang
Muslimat NU Kabupaten dan Kota Kediri yang berlangsung di GOR Joyoboyo Kediri
dengan dihadiri tidak kurang dari 1.000-an orang Muslimat NU
Seperti
halnya di Pesantren Al Hikmah, kepada para audience yang hadir, mantan Kapolres
Metro Jakarta Barat dan Kapolres Depok ini menceritakan bahwa pada hari Rabu
(29/3/2017) lalu dirinya hadir ke Tenggulun, Selopuro, Kab. Lamongan untuk
melakukan pembangunan Taman Pendikan Al Quaran dan merenovasi masjid. Dimana di
tempat tersebut adalah tempat para mantan jihadis peracik dan pelaku bom Bali.
“Para
kombatan itu sudah insaf dan mengaku salah atas perbuatannya di masa lalu. Kami
hadir disana untuk menyelamatkan anak-anak dari para mantan kombatan atau
pelaku. Anak-anak tersebut harus kita berikan pemahaman keagamaan dan
kebangsaan yang benar,” ujarnya .
Untuk
itu alumni Akpol tahun 1985 ini meminta kepada para kaum Muslimat NU itu lebih
peka terhadap lingkungan di sekitarnya dalam mengawasi anak-anaknya. “Kami
minta dengan sangat agar ibu-ibu semua dapat memantau lingkungan disekitarnya.
Biasanya mereka melakukan pertemuan yang tertutup. Kalau sudah melihat kejadian
seperti itu tolong dilaporkan ke aparat. Jangan sampai kejadian terlebih
dahulu, kita semua yang repot nantinya,” ujarnya mengakhiri. (Adri Irianto)
No comments:
Post a Comment