Jakarta, ZONASATU - Di tengah
majunya perkembangan tekhnogi informasi yang begitu pesat pada saat ini, maka
ibu-ibu Bhayangkari memiliki peran besar untuk dapat mendidik, menjaga dan
melindungi keluarganya terutama putra-putrinya agar tidak mudah terpengaruh
paham radikal terorisme, utamanya yang disebarkan melalui dunia maya .
Hal tersebut
diugkapkan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Pol.
Drs. Suhardi Alius, MH, saat menjadi pembicara pada acara Talk Show mengenai
Bahaya Radikalisme yang diselenggarakan oleh Pengurus Pusat Bhayangkari Polri
dalam rangka memperingati Hari Kesatuan Gerak Bhayangkari ke-67 yang digelar di
Auditorium Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) Jakarta, Rabu, .
“Radikalisme ini
masalah ideologi tidak cuma kepada orang biasa saja, semuanya bisa terpapar kalau
kita tidak siap untuk menghadapi itu. Perempuan dan anak-anak sekarang juga
sudah disentuh. Oleh sebab itu
kewaspadaan harus ditingkatkan oleh ibu-ibu Bhayangkari ini punya peran besar
untuk bisa menjaga dan melindungi anak-anaknya agar tidak mudah terpengaruh
paham tersebut,” ujar Kepala BNPT, Komjen Pol Suhardi Alius di acara tersebut.
Dalam acara yang
dihadiri para anggota Bhayangkari, Polwan, PNS, Keluarga Besar Putra-Putri
Polri (KBP3), dan juga siswa/siswi beserta guru sekolah di lingkungan Kemala
Bhayangkari ini Kepala BNPT pun juga memaparkan secara gamblang mengenai
bagaimana pola yang dilakukan para kelompok-kelompok radikal terorisme selama
ini merekrut para anggotanya, termasuk melalui lingkungan pendidikan.
“Radikalisme ini
sudah ada di sekeliling kita, mereka juga sudah masuk ke lingkungan penddikan.
Tidak hanya perguruan tinggi saja yang mereka incar. PAUD (Pendidikan Anak Usia
Dini) juga mereka incar. Untuk itu
sekarang ini kami beri tahu cara mengidentifikasinya dan bagaimana cara kita untuk
membantu mereduksi dan bahkan bisa menghilangkannya,” ujar mantan Kabareskrim
Polri ini.
Dalam kesempatan
tersebut alumni Akpol tahun 1985 ini mengingatkan bahwa kelurga besar
Bhayangkari harus memiliki sense of
crisis dan tidak bersikap cuek
terhadap situasi lingkungan sekitar yang dapat membahayakan keutuhan bangsa dan
negara.
“Bhayangkari
jangan juga cuek. Kalau melihat situasi ‘Ini kira-kira berbahaya apa tidak buat
bangsa?’ Kasih ingat juga buat suaminya, jangan di diamkan Ada peran serta, ada naluri kebangsaan,
Karena kalau tidak bisa lepas nanti kita ini. Termasuk di lingkungan sekolah
anaknya, dilihat perilakunya. Kalau ada yang berubah, ditanya. Jangan di
diamkan,” ujar mantan Kapolda Jawa Barat ini.
Menurut mantan Sekretaris Utama (Sestama) Lemhanas
ini, Indonesia memiliki 700 lebih etnis dan 1.000 lebih bahasa yang semuanya
bisa membuat bangsa Indonesia ini
bersatu. Namun demikian hal tersebut bukan berarti tidak rentan.
“Lihat saja itu
provokasi melalui di dunia maya. Kita punya sejarah kelam dan kehilangan arah.
Untuk itulah saatnya sekarang ini kita perbaiki. Anda-anda semua harus memiliki
resilience (ketahanan) dalam
mempertahankan bangsa ini,” ujar mantan Kepala Divisi Humas Polri.
Bahkan dalam
sesi tanya jawab menurut pria kelahiran Jakarta, 10 Mei 1963 ini tadi ada
peserta yang menyampaikan dan terkaget-kaget bahwa bahaya penyebaran paham radikal terorisme yang ada
di sekitar masyarakat sudah sedemikan memprihatinkan dan membahayakan.
“Tadi ada
seorang guru yang mengatakan bahwa ‘Saya baru lihat pak. Karena persepsi saya
selama ini radikal cuma sekedarnya saja, tetapi ternyata sudah sedemikian
bahayanya.’ Jadi tadi semua kita urai mudah-mudahan ini bisa menjadi masukan
yang luar biasa,,” ujar Kepala BNPT seusai acara.
Untuk itu dengan
adanya pembekalan ini mantan Wakapolda Metro Jaya ini berharap kepada para
perwakilan baik dari Bhayangkari, Polwan, PNS, KBP3 dan anak sekolah beserta
gurunya yang hadir pada acara Talk Show ini bisa melihat mengenai bahaya paham
radikal terrorisme itu dan bisa mensosialisasikan apa yang telah disampaikannya
kepada seluruh keluarga besar Bhayangkari Polri.
“Kewaspadaan
harus terus ditingkatkan. Dan apa yang telah saya sampaikan tadi bisa di getok
tularkan kepada seluruh Bhayangkari dan seluruh keluarga besarnya. Karena ini
semua demi untuk menjaga anak-anak kita atau keluarga besar kita agar tidak
terpapar oleh paham-paham yang intoleran dan sebagainya,”.ujar mantan Kapolres Metro Jakarta Barat dan Kapolres
Depok ini mengakhiri.
Sementara itu
dalam kesempatan tersebut Ny. Winny Budi Maryoto, SE, selaku Ketua Panitia
Penyelenggara Talk Show mengenai Bahaya Radikalisme tersebut mengungkapkan
bahwa Bhayangkari Polri sebagai organisasi persatuan dari istri para anggota
Polri akan selalu terus memperkuat daya tangkal para anggotanya dari upaya
penyebaran bahaya paham radikal terorisme.
“Peran keluarga
sangat penting dalam mengatasi ataupun menyelesaikan permasalahan radikalisme
ini. Anak-anak sebagai generasi penerus bangsa, tapi kita adalah orang tua. Ibu
serta bapaknya adalah yang paling berperan besar dalam melindungi anaknya dari
bahaya paham radikal terorisme,” ujar Ny. Winny Budi Maryoto, SE, usai
mendengarkan paparan Kepala BNPT.
Lebih lanjut
istri dari Kepala Badan Intelijen dan Keamanan (Kabaintelkam) Polri, Komjen
Pol. Drs. Agung Budi Maryoto, M.Si, ini menjelaskan bahwa setiap tahun
Bhayangkari Polri selalu menggelkar ceramah mengenai Anti Radikalsisme sebagai
upaya untuk melindungi anggotanya dari penyebaran paham radikal tersebut
“Dan tentunya
ceramah dari bapak Kepala BNPT ini sangat pentimg sekali. Karena kalau
berbicara mengenai radikalisme ini bukan hanya berbicara mengenai generasi
penerus bangsa saja. Karena dari beberapa kejadian yang telah terjadi misalkan
bom di Surabaya tahun lalu itu melibatkan
satu keluarga yakni bapak, ibu serta anak-anaknya,” ujar wanita kelahiran
Jember, 31 Mei 1985 ini.
Wanita yang juga
mantan presenter berita di salah satu stasiun TV swasta ini pun merasa
bersyukur dan berterima kasih bahwa Kepala BNPT telah menjelaskan secara detail
mengenai pola-pola terselubung yang dilakukan kelompok radikal terorisme dalam
merekrut anggotamya terutama kepada anak-anak dan juga menjelaskan upaya
mencegah itu semua agar tidak semakin menyebar ke lingkungan keluarga besar
Bhayangkari.
“Apa yang telah
disampaikan Kepala BNPT tentu bisa diaplikasikan. Kita sebagai istri anggota
Polri akan mendukung apapun kebijakan dari Polri terutama hal-hal yang
menyangkut mengenai radikal radikalisme seperti itu. Kami merupakan ganda terdepan
juga untuk memerangi gerakan anti radikal tersebut yang melalui kegiatan ceramah-ceramah seperti
ini,” ujar wanita pemilik nama asli Erwiana Charita ini mengakhiri.
Acara Talk Show
mengenai Bahaya Radikalsime ini dihadiri oleh Ny. Tri Tito Karnavian, Ny. Putri
Ari Dono, Ny. Winny Agung Budi Maryoto,
Ny Nera Eko Indra Heri. Narasumber lain yang turut hadir dalam talk Show
tersebut yakni Yenny Wahid selaku Direktur Wahid Foundation dan Arie Luthfi
Lubihanto selaku psikolog
Editor | : Adri Irianto |
Foto | : - |
Sumber | : - |
No comments:
Post a comment