Jakarta, ZONASATU - Wakil Sekretaris Komisi Kerukunan Antarumat Beragama MUI Dr. KH. Abdul Moqsith Ghazali menyampaikan bahwa dampak dari COVID-19 ini bukan hanya berdampak dari sudut kesehatan saja, tetapi juga dampak dari sudut ekonomi bagi semuanya.
Karena kondisinya yang seperti sekarang, maka tidak ada pilihan lain bagi seluruh rakyat Indonesia dan penduduk dunia untuk bersama-sama saling bergotong-royong, bahu-membahu membantu satu sama lain.
“Oleh karena itu,
saatnya yang mampu bisa membantu yang tidak mampu dengan berbagai cara. Karena
kita diikat oleh satu ikatan kebangsaan sebagai bangsa Indonesia. orang-orang
yang mampu secara ekonomi mengucurkan bantuan kepada kelompok-kelompok yang rentan
mengalami dampak ekonomi akibat dari COVID-19 ini. Oleh karena itu sebaiknya
kita bekerja sama satu dengan yang lain,” ujar Dr. KH. Abdul Moqsith Ghazali di
Jakarta, Sabtu (16/5/2020).
Pria yang akrab
dipanggil Kiai Moqsith ini juga menuturkan bahwa puasa ini juga menjadi momen
bagi umat manusia untuk melakukan refleksi diri terhadap apa yang sudah dilakukan
baik itu untuk lingkungan, masyarakat dan juga untuk bangsa ini
“Terlebih
misalnya berpuasa di saat pandemi ini, zakat kita ini akan disalurkan kepada orang-orang
yang betul-betul membutuhkan. Karena memang COVID-19 ini tidak cukup hanya
ditangani oleh pemerintah saja. Maka dari itu masyarakat sipil harus menjadi
bagian dari solusi, misalnya dengan tidak keluar rumah, dengan membantu
menyebarkan masker, alat pelindung diri (APD) dan lain sebagainya yang itu
sangat dibutuhkan,” kata pria yang pernah menimba ilmu di Universitas Leiden, Belanda itu.
Pria kelahiran
Situbondo, 7 Juni 1971 itu menconthkan bahwa di dalam hadist dikatakan bahwa
kesatuan umat, kesatuan bangsa itu adalah pondasi dari tercapainya sebuah
cita-cita. Selain itu di Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 juga
dikatakan untuk memajukan kesejahteraan dan bebas dari penindasan. Oleh
karenanya kepedulian kepada satu sama lain memang harus diberikan, tidak cukup hanya sekedar di
khotbahkan.
“Tentu tugas dari
tokoh-tokoh agama untuk menyadarkan masyarakat dari sudut agama. Demikian pula
petugas kesehatan menyadarkan masyarakat dari sudut kesehatan. Begitu juga para
ekonom misalnya menjelaskan hal-hal yang positif,” terang Dosen Tetap program
studi Tafsir Hadits di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta itu.
Oleh sebab itu
Kiai Moqsith ini meminta kepada organisasi seperti Nahdatul Ulama (NU),
Muhammadiyah, Majelis Ulama Indonesia (MUI termasuk ormas-ormas lain harus
proaktif memberikan himbauan kepada masyarakat untuk melakukan aktivitas ibadah
dari rumah. Ini demi mencegah virus Corona ini tidak terus menyebar ke
tempat-tempat lain.
“Jadi harus
dipahami bahwa yang dilarang itu bukan Jumatan atau Sholat Jumat dan juga Sholat Ied-nya. Tapi perkumpulannya itu yang
dilarang dan saya kira itu berguna. Jadi beribadah dari rumah itu tidak
mengurangi ke-khusuk’an kita, malah menjadikan rumah sebagai ruang ibadah privat
kita kepada Allah,” ucap peraih Doktoral di bidang Tafsir Al-Qur’an dari UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta tersebut.
Kiai Moqsith
menyebutkan bahwa Nabi Muhammad didalam Al Quran mengatakan bahwa ‘Jangan
jadikan rumahmu itu seperti kuburan, yang tidak dipakai untuk sholat, tidak
dipakai untuk baca Quran, tidak dipakai untuk mendidik anak-anak, tidak dijadikan sebagai keluarga sakinah
mawadah warohmah’.
“Jadi COVID-19
ini memberikan efek positif juga untuk menghidupkan keluarga kita. Kalau
keluarga kita menjadi keluarga yang baik, maka lingkungan kita juga dapat menjadi
lingkungan yang baik. mulai di tingkat Kelurahan, Kecamatan,Kabupaten/Kota,
Provinsi lalu seluruh rakyat Indonesia. Jadi dimulai dari yang paling kecil
hingga besar ini,” ucap peraih pascasarjananya di bidang Tasawuf Islam dari UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta itu
Pria yang juga pernah
menimba ilmu di Sekolah Tinggi Filsafat (STF) Driyarkara Jakarta dan Sekolah
Tinggi Teologi Jakarta ini juga menyampaikan bahwa di bulan Ramadan ini ada
kewajiban untuk membayar zakat fitrah, di samping juga bagi orang yang memenuhi
syarat untuk mengeluarkan zakat mal.
“Zakat fitrah,
kita tahu itu diperuntukkan buat mereka yang tidak punya, yang dikeluarkan
menurut Mazhab Syafii adalah berupa makanan pokok. Dimana makanan pokok kita di
Indonesia adalah beras, yang di Timur Tengah pada zaman Nabi mengeluarkan gandum.
Zakat fitrah itu kita salurkan kepada yang tidak mampu, Dengan cara begitu maka
kemudian kepedulian itu bisa dibangun,” ujar peneliti di Wahid Institut Jakarta
itu.
Menurutnya, Nabi
Muhammad di dalam hadistnya pernah bersabda, ‘Ambil sebagian dari hartanya
orang-orang kaya itu untuk dikembalikan kepada orang-orang yang tidak punya”,
tutur Wakil Ketua Lembaga Bahtsul Masail (LBM) Pengurus Besar Nahdatul Ulama
(PBNU) tersebut.
Selain itu
sebagai upaya menjaga perdamaian di tengah pandemi ini Kiai Moqsith juga
menuturkan bahwa masyakat harus bisa mengendailan diri untuk tidak menyebarkan
hoaks. Karena jangan sampai nanti orang bisa meninggal bukan karena virus corona,
tapi karena ketakutan terhadap hoaks yang disebarkan oleh orang yang tidak
bertanggung jawab.
”Jadi jangan
saling menyalahkan, jangan memporvokasi dan juga terprovokasi. Karena hal itu
bisa menimbulkan ketidak tentraman, yang bisa berujung pada kekerasan dan
anarki sehingga tidak ada perdamaian,” kata
alumnus pondok Pesantren Salafiyah al-Shafi-’iyyah, Situbondo ini.
Menurutnya setiap
orang justru harus saling bantu membantu untuk menghentikan persebaran COVID-19
ini. Karena provokasi dan hoaks ataupun hal-hal yang tidak produktif hanya akan
memperburuk keadaan bangsa ini.
“Jadi yang punya
uang bisa membantu dengan uang. Yang punya ilmu seperti tenaga medis bisa membantu
dengan ilmunya. Yang punya kemampuan di bidang agama harus bisa menghimbau
masyarakat untuk tidak melakukan perkumpulan-perkumpulan yang menyebabkan
tersebarnya virus itu,” ujarnya mengakhiri.
Editor | : Adri Irianto |
Foto | : - |
Sumber | : - |
No comments:
Post a comment